Selasa, 29 Oktober 2013

90 Persen Ikan Asli Sungai Ciliwung Punah

IkanDewa.com - Saat ini sekitar 90 persen ikan asli di sungai Ciliwung sudah punah. Sekarang di Ciliwung lebih banyak ikan invasif.
Pakar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Ibnu Maryanto mengatakan itu di Jakarta, Sabtu (26/10). Ia mencontohkan, ikan invasif yang hidup di sungai Ciliwung seperti ikan sapu-sapu (Pterygoplichtys pardalis), bawal (Colossoma macropopum), dan piranha. Ikan-ikan invasif saat ini mendominasi perairan darat di Indonesia dan mengancam kepunahan ikan-ikan asli perairan itu.

Itu disebabkan ikan-ikan invasif memiliki daya tahan dan berkembang biak yang lebih baik. Keberadaan ikan-ikan invasif akan menyebabkan kompetisi di habitat dengan ikan-ikan alami yang ada. Kompetisi yang terjadi dalam mencari makanan dan tempat hidup, potensi penyebaran penyakit, serta menjadi predator ikan dan telur ikan asli.

Padahal, ikan asli di sungai Ciliwung memiliki cukup banyak seperti ikan betot (Macrognathus maculatus), senggal (Hemibagrus cf. nemurus), soro (Torsoro), dan ikan belida. Data LIPI menyebutkan pada 1910-an ikan yang hidup di sungai Ciliwung diperkirakan mencapai 187 jenis.

Introduksi ikan invasif juga sudah ditemukan di waduk Jatiluhur, Jawa Barat, yaitu ikan alligator yang sifatnya ganas atau pemangsa.

Jenis-jenis ikan invasif yang saat ini hidup di perairan Indonesia bahkan dikembangbiakkan seperti nila (Oreochromis niloticus) dari Afrika dan mas (Cyprinus carpio) dari Jepang dan China. [Antara]

Kamis, 24 Oktober 2013

Suara Misterius yang `Hantui` Warga Diduga Ikan Birahi ?

IkanDewa.com - Suara misterius mengusik warga di tepian perairan Southampton, Hamsphire, Inggris. Hampir setiap malam, dimulai pukul 22.00 waktu setempat, terdengar suara dengungan bernada rendah.

Suara itu bisa bertahan selama berjam-jam, hingga sepanjang malam. Akibatnya, warga harus berjuang untuk tidur, mereka yang sudah tak tahan bahkan pindah dan menginap di sofa milik teman atau kerabat yang jauh, untuk menghindari mimpi buruk.

Puluhan warga mengajukan keluhan, tak bisa tidur di malam hari, dan menyalahkan apapun yang diduga bertanggung jawab mengusik istirahat mereka -- dari industri, kapal tunda (tugboat), atau kapal tanker yang beroperasi di Southampton Docks.

"Kupikir aku nyaris gila dibuatnya. Aku mendengar suara itu tiap malam, kecuali saat cuaca berangin atau sedang hujan," kata Linda Zammit, penduduk kawasan Woolston, Southampton, seperti dimuat Daily Mail, 23 Oktober 2013. "Aku memang masih bisa tidur, tapi sekali terbangun, suara itu membuatku tak bisa tidur lagi.

Sementara, Maria Dennett, penduduk Sholing, Southampton mengaku bahwa suara dengungan itu muncul nyaris teratur. "Awalnya kami kira itu mesin cuci atau mesin cuci piring tetangga. Namun saking seringnya, tak mungkin itu penyebabnya," kata dia.

Maria menambahkan, suara bernada rendah itu serasa membuat rumahnya bergetar.

Dewan Distrik New Forest setidaknya menerima 30 keluhan soal dengungan mengganggu itu. Pihak dewan memasang peralatan monitoring di sejumlah properti untuk melacak asal usul suara.

Tersangkanya: Ikan!

Kini para ilmuwan mungkin telah menemukan siapa yang bertanggung jawab mengakibatkan dengungan itu -- yang di belahan dunia lain bisa jadi dianggap mistis atau bahkan UFO.

Tersangkanya adalah ikan. Bukan hewan air biasa, melainkan Ikan Midshipman yang sedang butuh berhubungan seks di sebuah muara di dekat kawasan terdampak.

Menurut para ilmuwan, Midshipman jantan mengeluarkan dengung khas agar para betina tahu bahwa mereka sedang birahi dan mencari pasangan.

Ikan jantan mampu mengeluarkan dengungan selama berjam-jam. Suaranya makin keras jika ada kompetitor sesama jantan yang juga sedang mencari pasangan. Para pejantan saling bersaing mengeluarkan suara.

Mengapa efeknya bisa sangat mengganggu? Ini hebatnya! Para ilmuwan mengatakan, diduga kuat suara dari ikan itu terpantul dari bangunan dan juga kapal.

Apa yang terjadi di Southampton mirip dengan suara dengung yang tenar di Seattle, Washington, AS. Penyebabnya diduga sama, Midshipman diperkirakan berkembang biak di Perairan Duwamish di dekatnya. Fenomena yang dijuluki 'West Seattle Hum' terjadi sepanjang tahun lalu.

Sementara National Oceanography Centre di Southampton belum menemukan petunjuk, para ahli di Scottish Association for Marine Science sudah menawarkan hipotesis: Ikan Midshipman. Ilmuwan Inggris, Dr Ben Wilson mengatakan, kesimpulan awal yang dikeluarkan pihaknya masuk akal.

"Memang ada 'ikan sonik' (Midshipman) di utara Atlantik yang dekat ke Selat Inggris," kata dia.

Midshipman memang terkenal dengan dengungan khasnya, yang dikeluarkan para pejantan saat mencari pasangan.

Mereka normalnya adalah hewan nokturnal atau aktif di malam hari. Di siang hari mereka sering ditemukan terkubur dalam lumpur atau pasir.

Ikan jantan mengeluarkan berbagai suara, termasuk serangkaian geraman singkat mirip bunyi kereta api, dan geraman rendah -- saat pejantan menjaga sarangnya. Dengungan Midshipman dihasilkan oleh dua otot yang berkontraksi pada kandung kemih.

'Suara Spiritual Atau UFO'

Untunglah, setidaknya ilmuwan sudah menemukan penjelasan ilmiah terkait dengungan misterius yang terdengar di sejumlah wilayah di dunia.

Sebelumnya, sejumlah spekulasi merebak soal dengungan di Pulau Vashon, King County, Washington, Amerika Serikat. Umumnya warga mendengar dengungan aneh yang mirip gumanan.

Warga bertanya-tanya suara apa gerangan. "Dengungan itu nyaris membuat putri dan menantuku gila. Mereka mendengarnya hampir setiap saat," kata salah satu warga, Jeep Brockway, seperti Liputan6.com kutip dari Q13fox.com.

Paranormal setempat, Lorna Cunningham yakin itu adalah suara spiritual. "Suara itu sesungguhnya adalah pesan dari Bumi," kata Cunningham.

Sementara, Jeep Brockway menghubung-hubungkankan suara gumaman itu dengan peristiwa aneh 63 tahun lalu -- di mana warga yakin ada UFO yang jatuh di sekitar pulau itu.

"Banyak warga yakin ada sesuatu yang ditinggalkan UFO, siapa tahu...banyak teori gila di pulau ini," kata Brockway. [Ein/liputan6]

Rabu, 09 Oktober 2013

Asyiknya Menangkap Ikan Dengan Kuda

IkanDewa.com - Umumnya nelayan menangkap ikan dengan menggunakan perahu. Lain halnya di Belgia para nelayan di sana menggunakan kuda.

Seorang nelayan bernama Maurius menarik jaring hasil tangkapannya dengan seekor kuda di Pantai Oostduinkerke, Belgia. 

Cara ini merupakan metode tradisional yang sudah turun menurun dikenal oleh masyarakat Belgia sejak 500 tahun yang lalu. Hingga saat ini metode tersebut masih digunakan.

Metode ini menggunakan jaring/jala yang diikat pada tubuh kuda kemudian ditarik hingga ke tepi pantai. 

Setiap musim panas, tempat ini selalu dikunjungi oleh wisatawan mancanegara yang ingin menyaksikan cara unik para nelayan menangkap ikan di Pantai Oostduinkerke, Belgia.

Berikut ini foto-foto yang kami kutip dari Reuters yang diambil oleh fotografer Yves Herman :

Selasa, 08 Oktober 2013

Keputusan Menteri Tentang Pelepasan Ikan Torsoro

IkanDewa.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mengeluarkan surat keputusan tentang pelepasan ikan Torsoro.

Surat keputusan bernomor KEP.66/MEN/2011 ini diambil guna lebih memperkaya jenis dan varietas ikan Torsoro yang saat ini beredar di masyarakat, selain itu hal ini juga untuk meningkatkan, pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya jenis ikan yang sudah langka ini.

Berikut ini isi dari surat keputusan tersebut yang ikandewa.com kutip dari situs Kementerian Kelautan dan Perikanan di www.kkp.go.id [YL/IkanDewa.com]


Rabu, 02 Oktober 2013

Hampir Punah, Budidaya Ikan Jurung Harus dilakukan

IkanDewa.com - Ikan jurung dan trubuk merupakan ikan yang saat ini keberadaannya terancam punah. Populasinya yang tinggal sedikit di alam mendesak untuk disikapi secara cepat sebelum segalanya terlambat. Mulai dari teknis penangkapan sampai pembudidayaannya.

Dikutip dari MedanBisnis, Rabu (03/10/2013), Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara (Diskanla Sumut) Robert Napitupulu mengatakan, yang mengancam keberadaan kedua ikan tersebut di antaranya kualitas lingkungan yang tidak lagi mendukung.

"Misalnya ikan jurung hanya akan berkembang biak dengan baik di air mengalir deras dan jernih, sekarang ini cukup sulit, kecuali di beberapa tempat saja," katanya

Di Tapanuli Selatan, kata dia, misalnya, ada kelompok masyarakat yang mengatur penangkapan ikan jurung berdasarkan peraturan adat, yakni lubuk larangan. Dengan peraturan tersebut, penangkapan hanya bisa dilakukan di waktu-waktu tertentu. Begitu juga dengan alat tangkap yang diperbolehkan juga tidak sembarangan. "Tidak boleh menggunakan obat-obatan ataupun bahan lain yang bisa mengganggu lingkungannya," katanya.

Selain ikan jurung, ikan trubuk, di Labuhan Batu, juga penting untuk dicermati. Pasalnya, ikan tersebut saat ini sudah mulai langka. Apalagi, ikan tersebut yang dikonsumsi bukan dagingnya melainkan telurnya saja. Dengan begitu, dapat mengancam perkembangbiakan ikan tersebut. "Dagingnya sendiri tidak dikonsumsi, tapi telurnya," katanya.

Ia menjelaskan, sebagai upaya pelestarian mencegah kepunahannya,pada tahun 2000, pihaknya pernah menabur benih ikan jurung ke Danau Toba, tepatnya di Silalahi, Dairi, sebanyak 2.000 ekor. Dari benih tersebut, diharapkan dapat berkembang biak dengan baik dan cepat.

Namun ternyata, ikan jurung termasuk sebagai ikan air tawar yang perkembangannya cukup lama. Hal tersebut diketahui dari temuan seorang warga yang menemukan ikan tersebut hanya sebesar telapak tangan orang dewasa setelah 7 bulan kemudian.

Dikatakannya, ribuan benih ikan yang ditabur tersebut sudah diberi tanda agar bisa diteliti perkembangannya. Pihaknya juga meminta kepada siapapun warga agar tidak menangkapnya dan jika pun tertangkap, besar ataupun kecil, diminta untuk memberikanya kepada Dinas Perikanan setempat untuk kemudian diganti dengan sejumlah uang.  "Karena kan masih dalam tahap penelitian, jadi kita bisa tahu seberapa perkembangannya," katanya.

Sedangkan untuk ikan trubuk, menurutnya, belum banyak yang dilakukan karena belum adanya fokus untuk pelestariannya. Pihaknya juga belum mengidentifikasi ataupun mendata perkembangan ikan-ikan tersebut. "Ini peran dari kabupaten, karena ikan-ikan ini ada di kabupaten yang paling mengetahuinya," katanya.

Robert menjelaskan, ikan jurung maupun trubuk, selama ini tidak termasuk hitungan sebagai ikan budidaya yang produksinya tinggi. Tidak seperti ikan lele, kerapu, nila dan mas. Bahkan, dari data yang dikirimkan dari kabupaten, ikan jurung dan trubuk, termasuk ikan gabus, sepat dan ihan batak, dikategorikan sebagai ikan lain-lain dalam arti bahwa karena produktivitasnya rendah dan tidak bisa diprediksi.

Menurutnya, dari data yang ada, ada kecenderungan produktivitasnya mengalami penurunan. Untuk tahun 2011, kata dia, produksinya hanya sampai 851,9 ton sedangkan di tahun 2012 hanya 817,2 ton. "Tahun-tahun sebelumnya lebih tinggi, dan turun terus," katanya.

Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah memberdayakan penangkar-penangkar ikan di daerah agar bia membudidayakan ikan-ikan tersebut sehingga bisa terselamatkan dari kepunahan.

Dosen di Fakultas Pertanian Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Universitas Sumatera Utara, Irwan Mei menjelaskan, saatnya bagi pemerintah memberi perhatian lebih untuk penyelamatan ikan-ikan yang saat ini semakin langka.

“Harus ada peraturan untuk membatasi penangkapannya. Selain itu, harus ada kompensasi untuk mengganti ikan-ikan yang sudah ditangkap oleh masyarakat. Ini PR (pekerjaan rumah) bagi dinas perikanan untuk bisa menyelamatkan ikan-ikan ini," katanya.[medanbisnis/ikandewa.com]