IkanDewa.com - Tim ilmuwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempelajari ikan dewa yang hidup di sekitar Gunung Cireme, Kuningan, Jawa Barat. Ini merupakan salah satu bagian dari ekspedisi penelitian Ikan dewa atau dikenal masyarakat sekitar Gunung Cireme dengan nama kancra bodas, termasuk jenis ikan yang istimewa. Sebab, masyarakat sekitar menganggapnya sebagai makhluk keramat sehingga pantang untuk diganggu atau dimakan. Bahkan, masyarakat sampai menguburkannya seperti layaknya manusia jika diketahui mati.
"Ada mitos yang beredar di masyarakat tentang adanya ikan dewa yang tidak boleh dimakan dan yang memakannya akan mati," kata Maharadatunkamsi, ketua tim ekspedisi ilmiah yang melibatkan tujuh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu. Karena jarang diganggu, ikan tersebut banyak ditemui di beberapa lokasi sekitar Gunung Cireme terutama di telaga-telaga atau mata air yang dikeramatkan.
Ikan-ikan tersebut juga dengan mudah ditemui di beberapa kolam renang alami yang dibangun di sekitar kaki Gunung Cireme. Misalnya, di kolam Darmaloka, Cibulan, Cigugur, Balong Dalem dan Linggarjati.
Bahkan, pengunjung kolam-kolam tersebut dapat menikmati wisata dengan bebas berenang bersama ikan-ikan dewa. Wisatawan domestik sudah jamak bermain-main, memegang, dan memberinya makan dengan menaburkan jagung rebus yang dijajakan di sekitar kolam.
Genus Tor
"Ikan tersebut kelihatan sangat jinak," ujar Ike Rachmatika, peneliti ikan yang akan mempelajarinya. Dari hasil pengamatan dan laporan yang diterimanya, Ike memperkirakan bahwa ikan dewa termasuk dalam genus Tor. Menurutnya ada empat spesies ikan sejenis yang hidup di wilayah Indonesia. Misalnya, jenis Tor soro, yang dikenal dengan nama lokal semah di Kalimantan dan garang di Sumatera.
Ikan yang dapat tumbuh hingga satu meter itu dikenal enak dimakan. Karena sudah jarang, masyarakat yang menangkapnya pun menjualnya dengan harga mahal. Para pendatang di Kalimantan Barat banyak yang memburunya untuk dipasarkan hingga ke Malaysia.
Ikan sejenis juga dipelihara sebagian masyarakat. Heryanto, seorang peneliti moluska (siput dan sejenisnya) yang juga terlibat dalam ekspedisi, misalnya, mengaku memelihara seekor ikan dewa. Bahkan, menurutnya, peternak ikan di Sumedang sudah mulai membudidayakannya. Namun, Ike memperkirakan ikan yang dibudidayakan masyarakat umumnya dari jenis Tor soro.
Sedangkan, ikan yang hidup di kolam-kolam sekitar Gunung Cireme sendiri belum teridentifikasi secara rinci. Rencananya, tim LIPI akan mengamatinya lebih dekat. "Saya mungkin tidak akan mengambilnya dari kolam. tapi tetap akan mengambil sampel spesimen dari ikan yang ditemukan di sawah," ujar Ike.
Dengan mempelajari lebih mendalam, Ike berharap dapat mengetahui daya tahan ikan terhadap lingkungan. Sebab, menurutnya, ikan-ikan tersebut sangat rentan terhadap perubahan kualitas habitatnya. Penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat menemukan metode konservasi agar populasinya di alam tetap terjaga.
"Jika tidak dikendalikan populasinya bisa semakin berkurang," tambah Ike. Menurutnya, ia dan tim biologi LIPI telah mengidentifikasi spesies-spesies ikan tersebut dan mengajukan proposal ke CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) untuk dimasukkan ke dalam daftar hewan yang dilindungi.[lipi/id]
0 komentar:
Posting Komentar